welcome to my blog

Jadilah orang yang berguna buat orang lain...

Tugas Kuliah


Dari observasi dan analisis video yang terdapat keterampilan-keterampilan guru dalam mengajar, yaitu sebagai berikut
1.       Keterampilan membuka pelajaran
Pelajaran dibuka dengan socionorm yang diterapkan di awal yaitu jargon “Matematika , menyenangkan dan bermakna “. Dalam video, sebelum  memulai pelajaran guru mengingatkan kembali apa saja yang harus disiapkan sebelum pelajaran dimulai dan memberi tahu materi apa yang yang dipelajari. Sebelum pelajaran dimulai guru menayakan kepada siswa-siswanya apakah sudah siap belajar atau belum. Dalam video guru mememulai pelajaran dengan melafaskan basmallah dan memberikan motivasi kepada siswa-siswanya untuk bersemangat dalam belajar matematika  sehingga dapat mudah diikuti, dimengerti, dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Sebelum pelajaran dimulai guru juga mengingatkan kembali pelajaran yang telah di pelajari pada pertemuan yang lalu karena ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan melakukan tanya jawab kepada siswa.


2.       Keterampilan bertanya
Dalam proses tanya jawab terlihat siswa begitu antusias dan bersemangat dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hampir dari keseluruhan siswa mengacungkan tangannya. Hal ini menunjukkan bahwa begitu besar keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam hal ini tampak bahwa guru memberikan pertanyaan dengan maksud memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir sehingga guru secara langsung dapat mengetahui pemahaman siswanya. Namun, sayangnya pertanyaan yang diberikan oleh guru sedikit banyak belum dapat membuat siswa mengerti konsep sepenuhnya. Guru hanya memberikan masalah dan masalah namun tidak memberikan pertanyaan yang mengarah ke konsep materi yaitu pengertian kelipatan persekutuan.

3.       Keterampilan menjelaskan
Saat lembar diskusi dibagikan guru memberikan penejelasan dan cara pelaksaan diskusi kelompok, yaitu dengan membacakan permasalahan, meminta siswa untuk berdiskusi memecahkan masalah, serta memerintahkan siswa yang sudah selesai untuk mempresentasikannya di depan kelas. Untuk materi, guru tidak banyak memberikan penjelasan materi kelipatan persekutuan dan hanya memberikan keterangan-keterangan sedikit.

4.       Keterampilan memberi penguatan
Dari video yang telah kami amati dari pembukaan, proses pembelajaran, hingga dengan penutupan guru tanpa hentinya memberikan penguatan kepada siswa-siswanya. Di pembukaan, sebelum pelajaran dimulai guru memberikan semangat dan motivasi kepada siswanya serta tujuan dari pembelajaran. Guru memberikan motivasi kepada siswa-siswanya untuk bersemangat dalam belajar matematika  sehingga dapat mudah diikuti, dimengerti, dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Sebelum pelajaran dimulai guru juga mengingatkan kembali pelajaran yang telah di pelajari pada pertemuan yang lalu karena ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan melakukan tanya jawab kepada siswa. Saat proses tanya jawab mengenai pelajaran sebelumnya ada siswa yang belum tepat dalam menjawab namun guru tidak langsung menyalahkan atas jawaban siswa tsb melainkan dengan melontarkan pertanyaan kepada siswa lainnya yang ingin menjawab serta memberikan pujian-pujian kepada siswa-siswanya, seperti : “wah hebat-hebat ya, bagus, luar biasa, pintar-pintar ya anak ibu, pinterku wah cepat sekali.”
Dalam proses diskusi kelompok saat siswa yang telah mempresentasikan guru juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan memeberikan pujian-pujian sehingga terlihat siswa begitu bersemangat untuk maju ke depan. Di penutupan guru juga menyampaikan motivasi kepada siswa bahwa pelajaran yang dipelajari hari ini masih berkaitan dengan pelajaran pada pertemuan berikutnya.

5.       Keterampilan mengelola kelas dan membimbing diskusi kelompok
Pada saat ada siswa yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya di depan guru mimeminta kepada kelompok lainnya untuk memperhatikan dan menyamakan jawaban apakah sama atau tidak. Guru memberikan perhatiannya kepada seluruh kelompok sehingga dalam pelaksanaannya berjalan begitu baik. Akan tetapi ketika menanyakan jawaban dari setiap kelompok diskusi, ada momen disaat guru bekata “tunggu ya, kelompok yang ini belum. Kasihan!”. Kami kurang setuju terhadap satu kata ini yaitu “kasihan” karena terkesan guru mengasihani kelompok yang satu tadi dan seakan-akan mereka kelompok yang paling rendah disbanding kelompok-kelompok yang lain.

6.       Keterampilan menutup pelajaran
Dalam penutupan guru menegaskan kembali kesimpulan yang diperoleh dari hasil diskusi siswa. Guru juga menanyakan apakah sudah paham dengan pelajaran hari ini dan mendoakan siswa-siswanya mudah-mudahan bias mengikuti pelajaran hari ini serta bias mengikuti, mengerti, dan bias diingat karena pelajaran tsb berkaitan dengan pelajaran yang akan dopelajari di pertemuan selanjutnya yaitu mengenai Kelipatan Persekutuan Terkecil.
Guru juga memberikan motivasi bahwa makna kelipatan persekutuan harus matang betul serta menyuruh siswanya untuk banyak belajar di rumah, mengingat-ingat lagi, sama-sama berdiskusi dengan teman, dan jika ada yang tidak tahu bias langsung ditanyakan langsung kepada guru.
Sebelum mengakhiri pelajaran, guru berasama siswa-siswanya melafaskan hamdallah. Dan diakhiri dengan salam matematika.


 
Observasi yang dilihat dari Ciri-ciri PMRI:
1.      Berdasarkan konteks
Dari Video tersebut terlihat bahwa pembelajaran yang disampaikan menggunakan konteks sebagai titik awal dari pembelajaran. Guru memberikan kondisi atau situasi nyata melalui sebuah cerita yaitu :
Tini dan Lina bermain bola bekel bersama. Tini melakukan pengambilan 6 biji bekel dan Lina melakukan pengambilan 8 biji bekel. Pada banyak biji bekel keberapakah yang sama digenggaman Tini dan lina dari pengambilan pertama sampai  kedelapan?
 dan guru juga menyediakan alat peraga yaitu bola bekel yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat sehingga dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut dan siswa dapat mengetahui serta membayangkan secara nyata akan permasalahan tentang kelipatan persekutuan  dan mampu memahami akan makna dari kelipatan persekutuan .

2.      Model yang digunakan
Terlihat bahwa tidak terdapat bentuk pemodelan yang dapat dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan bola bekel yang telah dibagikan pada setiap kelompok. Karena setiap kelompok langsung terfokus pada penyelesaian Lembar Aktivitas (LKS) yang dibagikan tanpa menggunakan bola bekel sebagai alat bantu peraga yang dapat mereka gunakan dalam menyelesaikan soal didalam lembar aktivitas mereka. Tanpa memodelkan mereka secara langsung menentukan angka berapa saja yang menjadi kelipatan dari bilangan tersebut. Sebaiknya, guru menyajikan pemodelannya dengan bantuan alat peraga yang lain, karena alat peraga bola bekel ini telah dilakukan dimateri yang sebelumnya telah dipelajari. Jadi mereka telah tahu dan mengerti sehingga mereka berfikir tidak perlu menggunakan alat peraga lagi, tapi langsung menuliskan di lembar aktivitasnya. Di lembar LKS juga guru hanya menyajikan permasalahan awal saja dan tidak menyediakan latihan untuk menggunakan alat peraga sehingga mereka dapat membentuk model mereka sendiri untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS.

3.      Hasil kerja siswa
Didalam pembelajaran tersebut jelas ada kontribusi hail kerja siswa. Pemecahan masalah atau penemuan konsep kelipatan persekutuan didasarkan pada sumbangan gagasan siswa. Siswa menyelesaikan Lembar Aktivitas (LKS) secara bersama-sama dengan teman-teman dalam satu kelompoknya dan salah satu dari kelompok tersebut mempresentasikan hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Terlihat dari presentasi yang dilakukan oleh salah satu siswa perwakilan dari salah satu kelompok menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan kontribusi penyelesaian seperti berikut ini:
Kelipatan dari 8 = 8, 16, 24, 32, 40, 48
Kelipatan dari 6 = 6, 12, 16, 24, 30, 36, 42, 48
Maka, dari kerja yang telah dilakukan siswa, mereka mampu menemukan konsep kelipatan persekutuan.

4.      Interactivity
Didalam kegiatan pembelajaran yang diberikan, interaktif yang dibangun dalam interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru telah terlaksana dengan baik. Ketika kegiatan diskusi, maka terjadi interaksi antara siswa dengan siswa dan juga siswa dengan guru yaitu ketika guru menghampiri kelompok-kelompok tersebut dan memberikan arahan atau bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Begitu pun ketika salah satu perwakilan dari salah satu kelompok sedang mempresentasikan hasil diskusi mereka maka kelompok yang lain dapat memperhatikan dan mengkoreksi apabila terdapat jawaban yang salah. Sebagai contoh, ada salah satu siswa yang berkata bahwa kalimat yg dipapan tulis itu kurang huruf ‘n’, bukan kelipata tetapi kelipatan dan guru pun menjawab pernyataan siswa tersebut. Dari sini berarti telah terjadi interaksi ketika siswa bertanya kepada guru dan guru memberikan respon.

5.      Intertwining
Pada materi kelipatan persekutuan, terdapat keterkaitan dengan materi kelipatan dan penjumlahan. Ketika siswa mampu menentukan suatu kelipatan persekutuan, maka mereka juga telah mampu melakukan kelipatan-kelipatan tertentu dengan menggunakan penjumlahan yang berulang.
Misal:
Kelipatan dari 8 = 8, 16, 24, 32, 40, 48
Kelipatan dari 6 = 6, 12, 16, 24, 30, 36, 42, 48
Kelipatan persekutuannya adalah 24 dan 48
Ketika siswa menyelesaikan permasalahan kelipatan persekutuan tersebut, maka mereka telah melakukan  penjumlahan berulang dan memahami juga akan makna kelipatan.


 
Observasi yang dilihat dari penerapan 3 karakteristik PMRI:
1.     Guide Reinvention
Salah satu karakteristik PMRI yang menekankan pada siswalah yang harus menemukan konsep matematika. Di dalam video, penerapan karakteristik ini terlihat jelas karena guru dalam kegiatan pembelajaran ini hanya memberikan pertanyaan dan masalah kepada siswa yang dapat memacu mereka untuk berpikir dan menemukan sendiri konsep dari kelipatan persekutuan.  Kegiatan pembelajaran juga didominasi oleh kegiatan diskusi dan menjawab lembar kerja, selain itu banyak terjadi sesi tanya jawab yang membuat kegiatan pembelajaran lebih terpusat pada siswa. Guru sekali lagi hanya bertindak sebagai mediator dan tidak banyak memberikan penjelasan mengenai konsep materi, melainkan banyak memberikan soal dan membimbing siswa untuk menyampaikan apa yang mereka ketahui.
Namun dalam video, guru masih terlihat memegang andil besar terhadap  kegiatan pembelajaran. Guru terlalu sering berbicara sehingga terkesan seperti penjelasan materi biasa, dan juga dalam mengajukan pertanyaan guru terlihat seperti memaksakan siswa untuk berbicara sesuai dengan apa yang ia inginkan. Hal itu mungkin dikarenakan oleh faktor waktu yang cenderung singkat sehingga guru berusaha membuat siswa mengerti konsep dengan cepat.
Seharusnya, ajukan saja pertanyaan yang sederhana, tidak memaksa dan biarkan siswa mau bicara apa , sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. 
Ketika pertengahan kegiatan pembelajaran, terlihat bahwa siswa mulai mengerti dan menguasai konsep materi kelipatan persekutuan karena mereka dapat menjawab dan menyelesaikan soal dengan baik namun entah mengapa ketika di akhir kegiatan, saat siswa disuruh untuk menyimpulkan, terlihat bahwa mereka mempunyai persepsi atau pemikiran yang berbeda dan dapat dikatakan melenceng dari konsep kelipatan persekutuan dan sayangnya guru tidak menindaklanjuti hal tersebut dan hanya membenarkan kemudian langsung memberikan penjelasan konsep yang benar dan setelah itu menutup pelajaran. Kesalahan konsep di kegiatan kesimpulan tersebut mungkin disebabkan karena pada saat siswa mulai dikenalkan pada konsep, guru hanya sekilas memberikan penjelasan konsep dan setelah itu langsung memberikan mereka soal.  Seharusnya berikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui apa yang dipikirkan siswa tentang pengertian kelipatan persekutuan tersebut atau bisa juga ketika siswa menyampaikan jawaban dari soal dilakukan pengulangan atau refleksi.  Contohnya :
Guru : coba Shaleh, berapa jawabannya.
Siswa : 15 dan 45, kelipatan persekutuannya 45.
Guru : kenapa 45 ?
Siswa : karena salah satu kelipatan 15 dan kelipatan 45 itu sama-sama 45.
Guru : oh, jadi kelipatan persekutuan itu apa anakku?
Siswa : kelipatan yang sama bu,
Guru : iya.., jadi kelipatan persekutuan itu kelipatan dari dua bilangan yang sama.

2.     Didactical phenomenology
Dalam pembelajaran, karakteristik PMRI yang satu ini tidak begitu terlihat, paling hanya ketika pengerjaan lembar kerja siswa yang menggunakan konteks pengambilan bola bekel. hal ini terjadi mungkin karena materi kali ini merupakan lanjutan dari materi sebelumnya yaitu kelipatan, yang dirasa sudah dimengerti oleh siswa sehingga tidak perlu lagi menggunakan sebuah konteks untuk menjelaskannya.  Ketika pengerjaan lembar kerja pun terlihat siswa sudah mengerti untuk menentukan kelipatan tanpa harus menggunakan bola bekel yang diberikan, artinya sampai disini siswa sudah mampu mematematisasi konsep tanpa harus mengenal dahulu situasi real atau konteks dari konsep kelipatan ini. Menurut kami, sah-sah saja tidak menggunakan konteks jika siswa memang betul-betul telah mengerti, mungkin guru telah memberikan konteks nyata sebelumnya pada materi kelipatan sehingga untuk kelipatan persekutuan pemberian situasi dirasa tidak diperlukan lagi.

3.     Self Developed Models
Untuk pemodelan, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa konsep materi kali ini merupakan lanjutan materi kelipatan yang sudah dimengerti siswa sehingga ketika pengerjaan lembar kerja mereka sudah bisa mematematisasi atau menghitung dengan angka-angka tanpa harus memodelkan situasi terlebih dahulu. Sekali lagi dalam pembelajaran ini menurut kami, tidak ada penggunaan konteks selain masalah bola bekel tadi dan dapat dilihat dengan jelas bahwa siswa dengan mudah dan lancar dapat mengerjakan soal tanpa menggunakan media lagi dan langsung saja menghitung.  sebaiknya jika memang siswa sudah mengerti dan dapat menyelesaikan soal dengan baik seharusnya diberikan pertanyaan dan masalah yang lebih menarik, dan dapat lebih mengeksplorasi pemikiran siswa dan jangan terbatas hanya pada masalah bola bekel saja, apalagi dari tiga pertanyaan yang diberikan guru, semuanya membahas bola bekel sehingga terkesan tidak ada masalah lain dan terbatas pada konteks bola bekel saja. Mungkin guru dapat memberikan soal bertipe problem solving misalnya :
A mengambil ayam dan B mengambil kucing. Berapakah jumlah kaki-kaki hewan itu yang sama dengan pengambilan masing-masing sebanyak 6 kali. Jika diterapkan masalah problem solving tadi, akan memungkinkan siswa untuk memodelkan.







 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar