Dari observasi dan analisis video yang
terdapat keterampilan-keterampilan guru dalam mengajar, yaitu sebagai berikut
1.
Keterampilan membuka pelajaran
Pelajaran dibuka dengan socionorm yang
diterapkan di awal yaitu jargon “Matematika , menyenangkan dan bermakna “. Dalam
video, sebelum memulai pelajaran guru
mengingatkan kembali apa saja yang harus disiapkan sebelum pelajaran dimulai dan
memberi tahu materi apa yang yang dipelajari. Sebelum pelajaran dimulai guru
menayakan kepada siswa-siswanya apakah sudah siap belajar atau belum. Dalam
video guru mememulai pelajaran dengan melafaskan basmallah dan memberikan
motivasi kepada siswa-siswanya untuk bersemangat dalam belajar matematika sehingga dapat mudah diikuti, dimengerti, dan
dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Sebelum pelajaran dimulai guru juga
mengingatkan kembali pelajaran yang telah di pelajari pada pertemuan yang lalu
karena ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan melakukan tanya
jawab kepada siswa.
2.
Keterampilan bertanya
Dalam proses tanya jawab terlihat siswa
begitu antusias dan bersemangat dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru. Hampir dari keseluruhan siswa mengacungkan tangannya. Hal ini menunjukkan
bahwa begitu besar keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam hal
ini tampak bahwa guru memberikan pertanyaan dengan maksud memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir sehingga guru secara langsung dapat mengetahui
pemahaman siswanya. Namun, sayangnya pertanyaan yang diberikan oleh guru sedikit
banyak belum dapat membuat siswa mengerti konsep sepenuhnya. Guru hanya
memberikan masalah dan masalah namun tidak memberikan pertanyaan yang mengarah
ke konsep materi yaitu pengertian kelipatan persekutuan.
3.
Keterampilan menjelaskan
Saat lembar diskusi dibagikan guru
memberikan penejelasan dan cara pelaksaan diskusi kelompok, yaitu dengan
membacakan permasalahan, meminta siswa untuk berdiskusi memecahkan masalah,
serta memerintahkan siswa yang sudah selesai untuk mempresentasikannya di depan
kelas. Untuk materi, guru tidak banyak memberikan penjelasan materi kelipatan
persekutuan dan hanya memberikan keterangan-keterangan sedikit.
4.
Keterampilan memberi penguatan
Dari video yang telah kami amati dari
pembukaan, proses pembelajaran, hingga dengan penutupan guru tanpa hentinya
memberikan penguatan kepada siswa-siswanya. Di pembukaan, sebelum pelajaran
dimulai guru memberikan semangat dan motivasi kepada siswanya serta tujuan dari
pembelajaran. Guru memberikan motivasi kepada siswa-siswanya untuk bersemangat
dalam belajar matematika sehingga dapat
mudah diikuti, dimengerti, dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Sebelum pelajaran dimulai guru juga mengingatkan kembali pelajaran yang telah
di pelajari pada pertemuan yang lalu karena ada kaitannya dengan pelajaran yang
akan dipelajari dengan melakukan tanya jawab kepada siswa. Saat proses tanya
jawab mengenai pelajaran sebelumnya ada siswa yang belum tepat dalam menjawab
namun guru tidak langsung menyalahkan atas jawaban siswa tsb melainkan dengan
melontarkan pertanyaan kepada siswa lainnya yang ingin menjawab serta
memberikan pujian-pujian kepada siswa-siswanya, seperti : “wah hebat-hebat ya, bagus, luar biasa, pintar-pintar ya anak ibu,
pinterku wah cepat sekali.”
Dalam proses diskusi kelompok saat siswa
yang telah mempresentasikan guru juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan
memeberikan pujian-pujian sehingga terlihat siswa begitu bersemangat untuk maju
ke depan. Di penutupan guru juga menyampaikan motivasi kepada siswa bahwa
pelajaran yang dipelajari hari ini masih berkaitan dengan pelajaran pada
pertemuan berikutnya.
5.
Keterampilan mengelola kelas dan membimbing
diskusi kelompok
Pada saat ada siswa yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya di depan guru mimeminta kepada kelompok
lainnya untuk memperhatikan dan menyamakan jawaban apakah sama atau tidak. Guru
memberikan perhatiannya kepada seluruh kelompok sehingga dalam pelaksanaannya
berjalan begitu baik. Akan tetapi ketika menanyakan jawaban dari setiap
kelompok diskusi, ada momen disaat guru bekata “tunggu ya, kelompok yang ini
belum. Kasihan!”. Kami kurang setuju terhadap satu kata ini yaitu “kasihan”
karena terkesan guru mengasihani kelompok yang satu tadi dan seakan-akan mereka
kelompok yang paling rendah disbanding kelompok-kelompok yang lain.
6.
Keterampilan menutup pelajaran
Dalam penutupan guru menegaskan kembali
kesimpulan yang diperoleh dari hasil diskusi siswa. Guru juga menanyakan apakah
sudah paham dengan pelajaran hari ini dan mendoakan siswa-siswanya
mudah-mudahan bias mengikuti pelajaran hari ini serta bias mengikuti, mengerti,
dan bias diingat karena pelajaran tsb berkaitan dengan pelajaran yang akan
dopelajari di pertemuan selanjutnya yaitu mengenai Kelipatan Persekutuan
Terkecil.
Guru juga memberikan motivasi bahwa makna
kelipatan persekutuan harus matang betul serta menyuruh siswanya untuk banyak
belajar di rumah, mengingat-ingat lagi, sama-sama berdiskusi dengan teman, dan
jika ada yang tidak tahu bias langsung ditanyakan langsung kepada guru.
Sebelum mengakhiri pelajaran, guru berasama
siswa-siswanya melafaskan hamdallah. Dan diakhiri dengan salam matematika.
Observasi yang dilihat
dari Ciri-ciri PMRI:
1.
Berdasarkan konteks
Dari
Video tersebut terlihat bahwa pembelajaran yang disampaikan menggunakan konteks
sebagai titik awal dari pembelajaran. Guru memberikan kondisi atau situasi
nyata melalui sebuah cerita yaitu :
Tini
dan Lina bermain bola bekel bersama. Tini melakukan pengambilan 6 biji bekel
dan Lina melakukan pengambilan 8 biji bekel. Pada banyak biji bekel keberapakah
yang sama digenggaman Tini dan lina dari pengambilan pertama sampai kedelapan?
dan guru juga menyediakan alat peraga yaitu
bola bekel yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat sehingga dapat
membantu siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut dan siswa dapat mengetahui
serta membayangkan secara nyata akan permasalahan tentang kelipatan
persekutuan dan mampu memahami akan
makna dari kelipatan persekutuan .
2.
Model yang digunakan
Terlihat
bahwa tidak terdapat bentuk pemodelan yang dapat dilakukan siswa untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan bola bekel yang telah dibagikan
pada setiap kelompok. Karena setiap kelompok langsung terfokus pada
penyelesaian Lembar Aktivitas (LKS) yang dibagikan tanpa menggunakan bola bekel
sebagai alat bantu peraga yang dapat mereka gunakan dalam menyelesaikan soal
didalam lembar aktivitas mereka. Tanpa memodelkan mereka secara langsung
menentukan angka berapa saja yang menjadi kelipatan dari bilangan tersebut. Sebaiknya,
guru menyajikan pemodelannya dengan bantuan alat peraga yang lain, karena alat
peraga bola bekel ini telah dilakukan dimateri yang sebelumnya telah
dipelajari. Jadi mereka telah tahu dan mengerti sehingga mereka berfikir tidak
perlu menggunakan alat peraga lagi, tapi langsung menuliskan di lembar
aktivitasnya. Di lembar LKS juga guru hanya menyajikan permasalahan awal saja
dan tidak menyediakan latihan untuk menggunakan alat peraga sehingga mereka
dapat membentuk model mereka sendiri untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS.
3.
Hasil kerja siswa
Didalam
pembelajaran tersebut jelas ada kontribusi hail kerja siswa. Pemecahan masalah
atau penemuan konsep kelipatan persekutuan didasarkan pada sumbangan gagasan
siswa. Siswa menyelesaikan Lembar Aktivitas (LKS) secara bersama-sama dengan
teman-teman dalam satu kelompoknya dan salah satu dari kelompok tersebut
mempresentasikan hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Terlihat dari
presentasi yang dilakukan oleh salah satu siswa perwakilan dari salah satu
kelompok menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan kontribusi
penyelesaian seperti berikut ini:
Kelipatan
dari 8 = 8, 16, 24, 32, 40, 48
Kelipatan
dari 6 = 6, 12, 16, 24, 30, 36, 42, 48
Maka,
dari kerja yang telah dilakukan siswa, mereka mampu menemukan konsep kelipatan
persekutuan.
4.
Interactivity
Didalam
kegiatan pembelajaran yang diberikan, interaktif yang dibangun dalam interaksi siswa
dengan siswa dan siswa dengan guru telah terlaksana dengan baik. Ketika
kegiatan diskusi, maka terjadi interaksi antara siswa dengan siswa dan juga
siswa dengan guru yaitu ketika guru menghampiri kelompok-kelompok tersebut dan
memberikan arahan atau bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Begitu
pun ketika salah satu perwakilan dari salah satu kelompok sedang
mempresentasikan hasil diskusi mereka maka kelompok yang lain dapat
memperhatikan dan mengkoreksi apabila terdapat jawaban yang salah. Sebagai
contoh, ada salah satu siswa yang berkata bahwa kalimat yg dipapan tulis itu
kurang huruf ‘n’, bukan kelipata tetapi kelipatan dan guru pun menjawab
pernyataan siswa tersebut. Dari sini berarti telah terjadi interaksi ketika
siswa bertanya kepada guru dan guru memberikan respon.
5.
Intertwining
Pada
materi kelipatan persekutuan, terdapat keterkaitan dengan materi kelipatan dan
penjumlahan. Ketika siswa mampu menentukan suatu kelipatan persekutuan, maka
mereka juga telah mampu melakukan kelipatan-kelipatan tertentu dengan
menggunakan penjumlahan yang berulang.
Misal:
Kelipatan
dari 8 = 8, 16, 24, 32, 40, 48
Kelipatan
dari 6 = 6, 12, 16, 24, 30, 36, 42, 48
Kelipatan
persekutuannya adalah 24 dan 48
Ketika
siswa menyelesaikan permasalahan kelipatan persekutuan tersebut, maka mereka
telah melakukan penjumlahan berulang dan
memahami juga akan makna kelipatan.
Observasi yang dilihat dari penerapan
3 karakteristik PMRI:
1. Guide
Reinvention
Salah satu
karakteristik PMRI yang menekankan pada siswalah yang harus menemukan konsep
matematika. Di dalam video, penerapan karakteristik ini terlihat jelas karena
guru dalam kegiatan pembelajaran ini hanya memberikan pertanyaan dan masalah
kepada siswa yang dapat memacu mereka untuk berpikir dan menemukan sendiri
konsep dari kelipatan persekutuan. Kegiatan pembelajaran juga didominasi oleh
kegiatan diskusi dan menjawab lembar kerja, selain itu banyak terjadi sesi
tanya jawab yang membuat kegiatan pembelajaran lebih terpusat pada siswa. Guru
sekali lagi hanya bertindak sebagai mediator dan tidak banyak memberikan
penjelasan mengenai konsep materi, melainkan banyak memberikan soal dan
membimbing siswa untuk menyampaikan apa yang mereka ketahui.
Namun dalam video, guru
masih terlihat memegang andil besar terhadap
kegiatan pembelajaran. Guru terlalu sering berbicara sehingga terkesan
seperti penjelasan materi biasa, dan juga dalam mengajukan pertanyaan guru
terlihat seperti memaksakan siswa untuk berbicara sesuai dengan apa yang ia
inginkan. Hal itu mungkin dikarenakan
oleh faktor waktu yang cenderung singkat sehingga guru berusaha membuat siswa
mengerti konsep dengan cepat.
Seharusnya, ajukan saja
pertanyaan yang sederhana, tidak memaksa dan biarkan siswa mau bicara apa , sesuai
dengan apa yang mereka pikirkan.
Ketika pertengahan
kegiatan pembelajaran, terlihat bahwa siswa mulai mengerti dan menguasai konsep
materi kelipatan persekutuan karena mereka dapat menjawab dan menyelesaikan
soal dengan baik namun entah mengapa ketika di akhir kegiatan, saat siswa
disuruh untuk menyimpulkan, terlihat bahwa mereka mempunyai persepsi atau
pemikiran yang berbeda dan dapat dikatakan melenceng dari konsep kelipatan
persekutuan dan sayangnya guru tidak menindaklanjuti hal tersebut dan hanya
membenarkan kemudian langsung memberikan penjelasan konsep yang benar dan
setelah itu menutup pelajaran. Kesalahan konsep di kegiatan kesimpulan tersebut
mungkin disebabkan karena pada saat siswa mulai dikenalkan pada konsep, guru
hanya sekilas memberikan penjelasan konsep dan setelah itu langsung memberikan
mereka soal. Seharusnya berikan
pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui apa yang dipikirkan siswa tentang
pengertian kelipatan persekutuan tersebut atau bisa juga ketika siswa
menyampaikan jawaban dari soal dilakukan pengulangan atau refleksi. Contohnya :
Guru : coba Shaleh,
berapa jawabannya.
Siswa : 15 dan 45,
kelipatan persekutuannya 45.
Guru : kenapa 45 ?
Siswa : karena salah
satu kelipatan 15 dan kelipatan 45 itu sama-sama 45.
Guru : oh, jadi
kelipatan persekutuan itu apa anakku?
Siswa : kelipatan yang
sama bu,
Guru : iya.., jadi
kelipatan persekutuan itu kelipatan dari dua bilangan yang sama.
2. Didactical
phenomenology
Dalam pembelajaran,
karakteristik PMRI yang satu ini tidak begitu terlihat, paling hanya ketika
pengerjaan lembar kerja siswa yang menggunakan konteks pengambilan bola bekel.
hal ini terjadi mungkin karena materi kali ini merupakan lanjutan dari materi
sebelumnya yaitu kelipatan, yang dirasa sudah dimengerti oleh siswa sehingga
tidak perlu lagi menggunakan sebuah konteks untuk menjelaskannya. Ketika pengerjaan lembar kerja pun terlihat
siswa sudah mengerti untuk menentukan kelipatan tanpa harus menggunakan bola
bekel yang diberikan, artinya sampai disini siswa sudah mampu mematematisasi
konsep tanpa harus mengenal dahulu situasi real atau konteks dari konsep
kelipatan ini. Menurut kami, sah-sah saja tidak menggunakan konteks jika siswa
memang betul-betul telah mengerti, mungkin guru telah memberikan konteks nyata
sebelumnya pada materi kelipatan sehingga untuk kelipatan persekutuan pemberian
situasi dirasa tidak diperlukan lagi.
3. Self
Developed Models
Untuk pemodelan,
seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa konsep materi kali ini merupakan
lanjutan materi kelipatan yang sudah dimengerti siswa sehingga ketika
pengerjaan lembar kerja mereka sudah bisa mematematisasi atau menghitung dengan
angka-angka tanpa harus memodelkan situasi terlebih dahulu. Sekali lagi dalam
pembelajaran ini menurut kami, tidak ada penggunaan konteks selain masalah bola
bekel tadi dan dapat dilihat dengan jelas bahwa siswa dengan mudah dan lancar
dapat mengerjakan soal tanpa menggunakan media lagi dan langsung saja
menghitung. sebaiknya jika memang siswa
sudah mengerti dan dapat menyelesaikan soal dengan baik seharusnya diberikan
pertanyaan dan masalah yang lebih menarik, dan dapat lebih mengeksplorasi
pemikiran siswa dan jangan terbatas hanya pada masalah bola bekel saja, apalagi
dari tiga pertanyaan yang diberikan guru, semuanya membahas bola bekel sehingga
terkesan tidak ada masalah lain dan terbatas pada konteks bola bekel saja.
Mungkin guru dapat memberikan soal bertipe problem solving misalnya :
A mengambil ayam dan B
mengambil kucing. Berapakah jumlah kaki-kaki hewan itu yang sama dengan
pengambilan masing-masing sebanyak 6 kali. Jika diterapkan masalah problem
solving tadi, akan memungkinkan siswa untuk memodelkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar